Selamat Datang DI WWW.WACANADHARMA.BLOGSPOT.COM

Sunday, April 24, 2011

ampuhnya nama Tuhan

Belum semua orang menyadari betapa ampuh dan efektifnya praktek mengulang-ulang nama Tuhan. Persyaratan utamanya adalah pikiran, ucapan dan perbuatan yang murni. Nama yang diucapkan melalui lidah haruslah dijadikan sebagai obyek meditasi di dalam batin. Nama yang diucapkan serta yang direnungkan itu haruslah dipuji dengan melalui tepukan tangan. Ketiga bentuk tindakan konsentrasi atas nama Tuhan itu - yang mewakili unity of mind, speech dan action - akan memurnikan hati serta mendorong perasaan bhakti (devotion).

Cinta-kasih merupakan tali-pengikat bagi mereka yang memiliki keyakinan yang sama. Bahkan mereka yang tidak percaya sekalipun haruslah kita cintai dan layani. Cinta-kasih harus termanifestasikan sebagai pelayanan (Seva), yaitu pelayanan kepada mereka yang lapar, hiburan bagi mereka yang sedang bersedih, sakit serta menderita. Yesus mengabdikan kehidupan-Nya dalam pelayanan. Hati yang penuh dengan welas-asih adalah merupakan kuil bagi Tuhan. Yesus mengajarkan kewelas-asihan. Beliau sangat iba terhadap kemiskinan .... Kembangkanlah sifat welas-asih dan hiduplah dalam cinta-kasih. Be Good, do Good and see Good. Inilah jalan untuk menuju kepada Tuhan.
Cinta-kasih menciptakan, memelihara serta mencakupi segalanya. Tanpa adanya cinta-kasih, maka tiada seorangpun yang bisa menyatakan bahwa ia sudah berhasil memahami Tuhan serta hasil karya-karya-Nya, yaitu alam semesta ini. Tuhan adalah cinta-kasih; hiduplah dalam cinta-kasih – inilah petunjuk yang telah diberikan oleh para rishi. Cinta-kasih hanya bisa tumbuh subur di dalam hati yang telah dipersiapkan dengan baik, yaitu hati yang terbebas dari semak-belukar. Untuk mempersiapkannya, maka diperlukan praktek pengulangan nama-nama Tuhan... isilah setiap detik waktumu dengan kekuatan Divine yang dihasilkan melalui pengulangan nama-nama-Nya.


Apabila prinsip tentang cinta-kasih diketahui dan dipraktekkan, maka manusia akan terbebaskan dari rasa khawatir dan takut. Seandainya engkau mengunjungi temanmu di satu kota dan berencana untuk tinggal di sana selama sepuluh hari. Engkau mempunyai sejumlah uang dan takut untuk membawanya ketika berjalan-jalan di kota itu. Jikalau engkau menyerahkan dompetmu agar disimpan oleh temanmu, maka dengan demikian, engkau akan bisa bebas berkeliling ke mana saja tanpa rasa takut bahwa dompetmu akan dicopet ataupun hilang. Nah, dompet tersebut adalah simbolisasi dari cinta-kasih; serahkanlah cinta-kasihmu kepada Tuhan, maka Ia akan membebaskanmu dari rasa takut, khawatir ataupun kegelisahan lainnya.


Dengan berbekal kepercayaan kepada Tuhan, maka engkau akan menjadi semakin yakin terhadap sesamamu. Engkau akan semakin saling mencintai, bertenggang-rasa atau saling bersimpatik atas penderitaan masing-masing dan engkau akan bersama-sama saling berpartisipasi dalam aktivitas pelayanan kepada mereka yang miskin dan tak berdaya. Engkau akan menyadari bahwa Tuhan mencintai semua anak-anak-Nya dan Ia akan mencurahkan rahmat-Nya bagi mereka yang lemah dan terabaikan.
 sai
 

Beliau tidak pernah berubah,

Janganlah memodernisasi Tuhan agar disesuaikan dengan kesukaanmu. Beliau tidaklah kuno maupun modern; sejujurnya Beliau tidak pernah berubah, demikian pula halnya kemuliaan-Nya. Jikalau dirasakan perlu, cobalah tampilkan Beliau dengan cara atau gaya yang modern, dengan tujuan agar Ia dapat dipahami oleh masyarakat di zaman sekarang ini. Jikalau seorang anak menolak untuk menelan pil (obat), maka cobalah selipkan obat itu di dalam buah pisang(?) dan berikanlah kepadanya, dengan demikian maka ia akan menelan baik buah maupun obat tersebut. Janganlah merubah pil itu agar disesuaikan dengan kesukaan si anak, sebab apabila hal ini yang dilakukan, maka penyakitnya tak akan pernah sembuh!

Tuhan-lah dibalik semuanya

Semua benda memiliki energi laten di dalamnya - sepotong kertas, sepotong kain memiliki energi laten didalamnya. Ketika energi laten tersebut habis, mengakibatkan kematian; tetapi ketika energi laten tersebut mengisi suatu benda, maka terjadilah kelahiran. Sath-Chith-Ananda adalah energi. Energi adalah segalanya dan semua energi berasal dari Tuhan. Inilah sesungguhnya dasar manusia. Saat ini, kita sedang membangun superstruktur entah dimana, tidak di atas dasar ini. Prinsip dasar Ilahi sedang diabaikan. Kita terpesona oleh subjek dan sesuatu yang menjanjikan untuk memberi makan perut kita dan membuat kita bahagia material serta membuat badan kita kuat. Tetapi kebenaran yang sesungguhnya adalah bahwa Tuhan-lah yang mendasarinya. Manusia harus mengetahui salah satu kebenaran tertinggi yaitu bahwa Tuhan-lah dibalik semuanya atau setidaknya mengetahui kebenaran dari cinta-kasih dan persaudaraan.

manusia menentukan nasibnya sendiri



Manusia telah diberkati dengan kecerdasan dan kemampuan diskriminatif dengan derajat tertinggi untuk memungkinkan mereka memvisualisasikan Atma. Inilah alasan mengapa manusia dinyatakan sebagai ciptaan yang sempurna, dan ini mengapa kitab suci menyatakan bahwa kesempatan terlahir sebagai manusia merupakan nasib baik dan sangat langka. Manusia memiliki kualifikasi, keinginan, dan kemampuan yang diperlukan untuk mencari penyebab Penciptaan. Orang-orang seharusnya berusaha untuk meningkatkan kedamaian, kemakmuran, dan keamanan. Mereka seharusnya menggunakan kekuatan dan sifat-sifat lainnya untuk meningkatkan kebahagiaan dan kesenangan. Hal inilah yang tertuang dalam Weda.

Friday, April 15, 2011

Jejeh, Nguber Betara Aji Upacara

Ari Dwijayanthi


Guminé magentuhan, kramané uyut, satua-satua lakar ada kéné lakar ada kéto sambrag di pagubungan, ngaé kramané patikaplug. Ento ngranayang prajani makulek-kulekan ngaé upacara kéné ngaé upacara kéto.

Boya ja ten precaya ring kawéntenan Betara Siwa sané nyakrawreti ring guminé, nanging para kramané sané maboya, nguber betara aji upacara. Sabilang bucu, sabilang pura, uli merajan cenik ngantos pura pusering jagat samian kagelarang upacara olih kramané. Nglaksanayang upacara sampun sakadi lomba kémanten, mabalap-balapan, magedén-gedénan. Nanging suksmané kari kirang, sangkaning nglaksanayang upacara madasar antuk manah takut, takut kéné takut kéto.

Betarané kauber mailehan, uli pura dini nganti pura ditu, kéto masih Betarané kauber aji bebantenan, aji upacara ané maliah-liah. Nanging lacur, nguber Betara krana takut, nguber Betara krana ada ané lakar tunas, nguber Betara krana loba, kéwala lima lan batis i ragané tusing magaé. Yén kéto dija tekanné merta nyodog di malun i ragané?

Jejeh i raga tekén guminé prajani macelos. Jejeh i raga tekén linuhé gedé lan ngaé yéh pasihé menék. Jejeh i raga tekén baya rabiés. Jejeh i raga tekén bukité embid. Jejeh i raga yén blabaré nomplok uli luanan. Makejang kajejehin. Makejang katakutin. Kéwala tusing nindakang lima, nyalanang batis lakar menahin apang sekén-sekén beneh polah-palih i ragané dadi manusa.

Nyén ané pelih, yén guminé kaebor, kakeruk. Nyén ané pelih yén bukité karabas, kayu-kayuné kagediang. Nyén ané pelih, pandan pasih di bibih pasihé mauwah dadi vila, hotél, lan tongos-tongos maplesiran. Yén guminé suba baat, yén manusané bes baat ngaba keneh, yén manusané terus maboya. Apa dadiné? Pralaya minabang.

Manusané tuah bisa jejeh!

Jani disubané ambyug orta guminé suba tua, guminé lakar ilang, manusané lakar macleput. Prajani Betarané kauber kakaryanang makudag-kudang upacara ané maliah-liah. Ngérti Bhuana apanga koné alasé buin dadi bet lan sida nyimpen toya. Dija tekanné nyidayang kéto, bes suba makaronan alasé karabas kedas. Ngadang pacaruan di soang-soang pertigaan utawi pempatan jalanné yadiastun kala lan sasihé durung patut nglaksanayang tawur. Apanga bhuta kalané ten ngrubéda, ten ngusak asik manusa. Dija tekanné nyak cara kéto, bes makaronan i raga manusa suba dadi bhuta, arak berem, jeg kainem.

Yén jejehé tuah kakenehang, seken anak lakar dadi tanggun keneh. Apabuin misi nguber betara aji upacara ka sakancan pura, sinah i raga tuah maupacara sangkaning yén ada perlu kémanten. Patuté saking keneh i raga dumun kategepang wau ja nglaksanayang upacara. Boya terus dini-ditu nguber Betarané. Betarané anak suba nawang apa ané pantes ida laksanayang. Tabik!


saking: www.balipost.com

Tuesday, April 12, 2011

selingan , ‘BETARA


Diambil dari kolom Bungklang Bungkling, ‘BETARA’, di harian Bali Post, Minggu, 23 Mei 2010, oleh I Wayan Juniartha. Diterjemahkan oleh Putu Wiwid Budiastra.



BETARA (BHATARA)

Siapa yang paling sibuk, kesana-kemari, kehabisan tenaga saat Galungan dan Kuningan?

Bukan ibu-ibu, bukan juga para remaja. Yang paling heboh adalah para Bhatara.

Pagi buta kentungan di surga sudah berbunyi. Para Bhatara langsung berlomba mandi dan berhias.

“Kalau hari-hari biasa, saya masih sempat santai-santai. Masih sempat ngopi dan juga senam Tai-Chi,” begitu kata Ida Bhatara A saat diwawancarai oleh Dewata-Dewati TV.

Ida Bhatara hanya memakai inisial, agar tidak terkena sidang dewan kode etik. Maklum, Ida Bhatara tidak boleh sembarangan memberi keterangan pers kepada manusia. Meskipun Ida Bhatara diam saja, tapi banyak manusia yang mengaku-ngaku mendapat wangsit dari Bhatara.

“Jika sudah menjelang Galungan dan Kuningan, yang hari upacara agama hindu berturut-turut, asli tidak dapat istirahat.”

Apalagi Ida Bhatara A baru golongan 1A, dewa lokal tingkat desa dan kecamatan, belum golongan dewa regional, nasional ataupun global. Yang Termasuk global adalah Ida Bhatara Brahma, Wisnu dan Siwa, yang sudah terkenal di penjuru dunia. Paling tinggi adalah golongan universal, yaitu Ida Sang Hyang Widi, Tuhan Yang Maha Esa.

“Kalau Sang Hyang Widi merupakan Wyapi-Wyapaka Nirwikara (ada dimana-mana), kita yang dewa lokal berat kasusnya, di timur pagi-pagi ada yang sembahyang, siangnya di barat ada yang meminta kerahayuan. Habis waktuku terbang kesana kemari untuk menyaksikan mereka menghaturkan sembah bhakti. Sampai robek-robek sayapku. Setiap usai hari raya pasti masuk angin.”

Ida Bhatara B manggut-manggut mendengarkan.

“Kamu masih beruntung. Hambamu masih tinggal di satu desa. Hamba saya merantau dimana-mana. Pagi saya harus di Pura Desa, siangnya ke Jakarta untuk menyaksikan umat disana, tengah malam sudah harus di New York menyaksikan warga Bali yang menghaturkan bhakti disana. Syukur saya Bhatara, kalau manusia asli bisa lenyap tersesat di New York, kota yang begitu besar,” begitu Ida Bhatara B menjawab.

Reporter TV pun manggut-manggut. Baru kali ini tahu susahnya menjadi Bhatara.

“Kalau tidak disaksikan, mereka sudah menghabiskan banyak uang untuk membuat banten. Kalau disaksikan, jumlah mereka dua juta dalam waktu yang bersamaan menyebut nama saya, asli membuat pusing tujuh keliling,”

Belum lagi ada Bhatara yang absen tepat saat Galungan dan Kuningan.

“Mereka adalah Ida Bhatara C dan Ida Bhatara D, masih kena skorsing karena terlalu melibatkan emosi saat Pilkadal (Pemilihan Kepala Kadal) waktu lalu. Sampai mereka tidak saling bicara.”

Tidak bisa disalahkan juga jika Ida Bhatara serius menjagokan kandidatnya, karena para calon kandidat begitu serius pula menghaturkan sembah bhakti. Calon kumis jempe sampai menghaturkan pejati (sesembahan) sebanyak 1.118 buah. Calon tidak berkumis alias klimis mengumpulkan tirta (air suci) dari 600 tempat suci. Persaingan dua Bhatara ini sampai membuat surga gempar.

“Hamba mereka sudah menghabiskan trilyunan untuk membeli canang, jutaan trilyun untuk merenovasi pura, milyaran trilyun untuk ngenteg linggih (menyucikan pura) dan padudusan agung (upacara penyucian terbesar). Bukankah seharusnya tambah senang dan tersentuh Ida Bhatara?” Tanya reporter TV.

Manggut-manggut Ida Bhatara A dan Ida Bhatara B. Mereka saling pandang namun tidak ada yang berani menjawab terlebih dahulu. Akhirnya Ida Bhatara B menjawabnya.

“Masalahnya semua persembahan itu ada pamrihnya. Menghaturkan yadnya sambil meminta banyak hal. Ujung-ujungnya jadi kita disini yang harus bekerja keras, lobby kesana-kemari, mengucap mantra setiap hari, supaya mampu memenuhi permintaan para hamba kami.”

Ida Bhatara B melanjutkan.

“Kalau urusan meminta rejeki, meminta lebih ganteng lagi satu inch, meminta keselamatan, masih gampang kita berikan. Masalahnya ada yang meminta kerahayuan dan kebahagiaan. Ini yang membuat pusing. Karena kalau urusan bahagia itu bukan wewenang Bhatara. Saya saja tidak bahagia menjadi Bhatara.”

Reporter TV pun tidak mampu berkata apa. Kesimpulannya sudah jelas. Kalau trilyunan uang habis untuk menghaturkan bhakti, maka trilyunan rejeki pun akan diberikan Ida Bhatara. Akan tetapi, mempunyai uang trilyunan belum tentu bisa memberi suatu kerahayuan dan kebahagian.

“Kerahayuan dan kebahagiaan itu hanya Ida sang Hyang Widi yang berhak memberikan. Ida merupakan Mbang-Tintiya (hal yang mutlak), asli tidak bisa diajak tawar-menawar dan jual-beli dengan canang, banten apalagi uang.”

 sumber
blog bali luwih