Selamat Datang DI WWW.WACANADHARMA.BLOGSPOT.COM

Thursday, October 28, 2010

tata cara sembahyang

 tata cara sembahyang

Pada umumnya, sebelum melakukan persembahyangan – baik dengan puja Trisandya maupun Panca Sembah – didahului dengan penyucian badan dan sarana persembahyangan. Urutannya sebagai berikut:

  1. Duduk dengan tenang. Lakukan Pranayama dan setelah suasananya tenang ucapkan mantram berikut:

Om prasada sthiti sarira siwa suci nirmalà ya namah swàha

(Ya Tuhan, dalam wujud Hyang Siwa hambaMu telah duduk tenang, suci dan tiada noda)

  1. Kalau tersedia air, bersihkan tangan pakai air. Kalau tidak ada, ambil bunga dan gosokkan pada kedua tangan. Lalu telapak tangan kanan ditengadahkan di atas tangan kiri dan ucapkan mantram:

Om suddha màm swàha

(Ya Tuhan, bersihkanlah tangan hamba – bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kanan)

Lalu posisi tangan dibalik. Kini tangan kiri ditengadahkan di atas tangan kanan dan ucapkan mantram:

Om ati suddha màm swaha

(Ya, Tuhan lebih dibersihkan lagi tangan hamba – bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kiri)

  1. Kalau tersedia air (air dari rumah, bukan tirtha), lebih baik berkumur sambil mengucapkan mantram di dalam hati:

Om Ang waktra parisuddhamàm swàha

Atau lebih pendek:

Om waktra suddhaya namah

(Ya Tuhan, sucikanlah mulut hamba)

  1. Jika tersedia dupa, peganglah dupa yang sudah dinyalakan itu dengan sikap amusti, yakni tangan dicakupkan, kedua ibu jari menjepit pangkal dupa yang ditekan oleh telunjuk tangan kanan, dan ucapkan mantram:

Om Am dupa dipàstraya nama swàha

(Ya Tuhan/Brahma, tajamkanlah nyala dupa hamba sehingga sucilah sudah hamba seperti sinarMu)

  1. Setelah itu lakukanlah puja Trisandya. Jika memuja sendirian dan tidak hafal seluruh puja yang banyaknya enam bait itu, ucapkanlah mantram yang pertama saja(Mantram Gayatri) tetapi diulang sebanyak tiga kali. Mantram di bawah ini mewakili ejaan sebenarnya, “v” dibaca mendekati “w”. Huruf yang menggunakan garis miring diatasnya, dibaca dengan nada lebih panjang. Permulaan mantram Om bisa diucapkan tiga kali, bisa juga sekali sebagaimana teks di bawah ini:

Mantram Trisandhya:

Om bhùr bhvah svah
Tat savitur varenyam
Bhargo devasya dhimahi
Dhiyo yo nah pracodayàt

Om Nàràyana evedam sarvam
Yad bhùtam yac ca bhavyam
Niskalanko nira?jano nirvikalpo
Niràkhyàtah suddo deva eko
Nàràyano na dvitiyo’sti kascit

Om tvam sivah tvam mahàdevah
Isvarah paramesvarah
Brahmà visnuca rudrasca
Purusah parikirtitah

Om pàpo’ham pàpakarmàham
Pàpàtmà pàpasambhavah
Tràhi màm pundarikàksa
Sabàhyàbhyàntarah sucih

Om ksamasva màm mahàdeva
Sarvapràni hitankara
Màm moca sarva pàpebyah
Pàlayasva sadà siva


Om ksàntavyah kàyiko dosah
Ksàntavyo vàciko mama
Ksàntavyo mànaso dosah
Tat pramàdàt ksamasva màm

Om sàntih, sàntih, sàntih, Om


Terjemahannya:

Tuhan adalah bhùr svah. Kita memusatkan pikiran pada kecemerlangan dan kemuliaan Hyang Widhi, semoga Ia memberikan semangat pikiran kita.

Ya Tuhan, Nàrayana adalah semua ini apa yang telah ada dan apa yang akan ada, bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari perubahan tak dapat digambarkan, sucilah dewa Nàrayana, Ia hanya satu tidak ada yang kedua.

Ya Tuhan, Engkau dipanggil Siwa, Màhadewa, Iswara, Parameswara, Brahmà, Wisnu, Rudra, dan Purusa.

Ya Tuhan, hamba ini papa, perbuatan hamba papa, diri hamba ini papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga hamba.

Ya Tuhan, ampunilah hamba Hyang Widhi, yang memberikan keselamatan kepada semua makhluk, bebaskanlah hamba dari segala dosa, lindungilah hamba oh Hyang Widhi.

Ya Tuhan, ampunilah dosa anggota badan hamba, ampunilah dosa hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelahiran hamba.

Ya Tuhan, semoga damai, damai, damai selamanya.


Setelah selesai memuja Trisandya, dilanjutkan Panca Sembah. Kalau tidak melakukan persembahyangan Trisandya (mungkin sudah dilakukan di rumah, sebelum berangkat ke pura) dan langsung memuja dengan Panca Sembah, maka setelah membaca mantram untuk dupa langsung saja menyucikan bunga dan kawangen yang akan dipakai muspa. Ambil bunga atau kawangen itu diangkat dihadapan dada dan ucapkan mantram ini:

Om puspa dantà ya namah swàha

(Ya Tuhan, semoga bunga ini cemerlang dan suci)

  1. Setelah selesai melakukan puja Trisandya, dilanjutkan dengan kramaning sembah


Kramaning Sembah (Panca Sembah)

Urutan sembahyang ini sama saja, baik dipimpin oleh pandita atau pemangku, maupun bersembahyang sendirian. Jika dipimpin oleh pandita yang sudah melakukan dwijati, ada kemungkinan mantramnya lebih panjang. Kalau hafal bisa diikuti, tetapi kalau tidak hafal sebaiknya lakukan mantram-mantram pendek sebagai berikut:

6.1.  Dengan tangan kosong (sembah puyung). Cakupkan tangan kosong dan pusatkan pikiran dan ucapkan mantram ini:

Om àtmà tattwàtmà sùddha màm swàha

(Ya Tuhan, atma atau jiwa dan kebenaran, bersihkanlah hamba)

6.2.  Sembahyang dengan bunga, ditujukan kepada Hyang Widhi dalam wujudNya sebagai Hyang Surya atau Siwa Aditya. Ucapkan mantram:

Om Adityasyà param jyoti
Rakta tejo namo’stute
Sweta pankaja madhyastha
Bhàskaràya namo’stute

(Ya Tuhan, Sinar Hyang Surya Yang Maha Hebat. Engkau bersinar merah, hamba memuja Engkau. Hyang Surya yang berstana di tengah-tengah teratai putih. Hamba memuja Engkau yang menciptakan sinar matahari berkilauan)
           
6.3.  Sembahyang dengan kawangen. Bila tidak ada kawangen, yang dipakai adalah bunga. Sembahyang ini ditujukan kepada Istadewata pada hari dan tempat persembahyangan itu. Istadewata ini adalah Dewata yang diinginkan kehadiranNya pada waktu memuja. Istadewata adalah perwujudan Tuhan Yang Maha Esa dalam berbagia wujudNya. Jadi mantramnya bisa berbeda-bedar tergantung dimana dan kapan bersembahyang. Mantram di bawah ini adalah mantram umum yang biasanya dipakai saat Purnama atau Tilem atau di Pura Kahyangan Jagat:

Om nama dewa adhisthanàya
Sarwa wyapi wai siwàya
Padmàsana eka pratisthàya
Ardhanareswaryai namo namah

(Ya Tuhan, kepada dewata yang bersemayam pada tempat yang luhur, kepada Hyang Siwa yang berada dimana-mana, kepada dewata yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai di suatu tempat, kepada Ardhanaresvari hamba memuja)

6.4.  Sembahyang dengan bunga atau kawangen untuk memohon waranugraha. Usai mengucapkan mantram, ada yang memperlakukan bunga itu langsung sebagai waranugraha, jadi tidak “dilentikkan/dipersembahkan” tetapi dibungakan di kepala (wanita) atau di atas kuping kanan (laki-laki). Mantramnya adalah:

Om anugraha manoharam
Dewa dattà nugrahaka
Arcanam sarwà pùjanam
Namah sarwà nugrahaka

Dewa-dewi mahàsiddhi
Yaj?anya nirmalàtmaka
Laksmi siddhisca dirghàyuh
Nirwighna sukha wrddisca

(Ya Tuhan, Engkau yang menarik hati pemberi anugerah, anugerah pemberian Dewata, pujaan segala pujian, hamba memujaMu sebagai pemberi segala anugerah. Kemahasiddhian para Dewa dan Dewi berwujud yadnya suci. Kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan, kegembiraan dan kemajuan rohani dan jasmani)

6.5.  Sembahyang dengan cakupan tangan kosong, persis seperti sembah pertama. Hanya saja sekarang ini sebagai penutup. Usai mengucapkan mantram, tangan berangsur-angsur diturunkan sambil melemaskan badan dan pikiran. Mantramnya:

Om Dewa suksma paramà cintyàya nama swàha
Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om

(Ya Tuhan, hamba memuja Engkau Dewata yang tidak terpikirkan, maha tinggi dan maha gaib. Ya Tuhan, anugerahkan kepada hamba kedamaian, damai, damai, Ya Tuhan)


Untuk memuja di Pura atau tempat suci tertentu, kita bisa menggunakan mantram lain yang disesuaikan dengan tempat dan dalam keadaan bagaimana kita bersembahyang. Yang diganti adalah mantram sembahyang urutan ketiga dari Panca Sembah, yakni yang ditujukan kepada Istadewata. Berikut ini contohnya:

Untuk memuja di Padmasana, Sanggar Tawang, dapat digunakan salah satu contoh dari dua mantram di bawah ini:

            Om, àkàsam nirmalam sunyam,
Guru dewa bhyomàntaram,
Ciwa nirwana wiryanam,
Rekhà Omkara wijayam

(Ya Tuhan, penguasa angkasa raya yang suci dan hening. Guru rohani yang suci berstana di angkasa raya. Siwa yang agung penguasa nirwana sebagai Omkara yang senantiasa jaya, hamba memujaMu).

            Om nama dewa adhistanàya,
            Sarva wyàpi vai siwàya,
            Padmàsana ekapratisthàya,
            Ardhanareswaryai namo’namah

(Ya Tuhan, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat yang tinggi, kepada Siwa yang sesungguhnyalah berada dimana-mana, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tempat, kepada Ardhanaresvàri, hamba memujaMu)

Untuk di Pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Desa, digunakan mantram sebagai berikut:

            Om Isanah sarwa widyànàm
            Iswarah sarwa bhùtànàm
Brahmano’ dhipatir Brahmà
Sivo astu sadàsiwa

(Ya Tuhan, Hyang Tunggal Yang Maha Sadar, selaku Yang Maha Kuasa menguasai semua makhluk hidup. Brahma Maha Tinggi, selaku Siwa dan Sadasiwa)

Untuk di Pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Puseh, digunakan mantram sebagai berikut:

            Om, Girimurti mahàwiryam,
            Mahàdewa pratistha linggam,
            Sarwadewa pranamyanam
            Sarwa jagat pratisthanam

(Ya Tuhan, selaku Girimurti Yang Maha Agung, dengan lingga yang jadi stana Mahadewa, semua dewa-dewa tunduk padaMu)

Untuk memuja di Pura Dalem, masih dalam Kahyangan Tiga:

            Om, Catur diwjà mahàsakti
            Catur asrame Bhattàri
            Siwa jagatpati dewi
Durgà sarira dewi

(Ya Tuhan, saktiMu berwujud Catur Dewi, yang dipuja oleh catur asrama, sakti dari Ciwa, Raja Semesta Alam, dalam wujud Dewi Durga. Ya, Catur Dewi, hamba menyembah ke bawah kakiMu, bebaskan hamba dari segala bencana)

Untuk bersembahyang di Pura Prajapati, mantramnya:

            Om Brahmà Prajàpatih sresthah
            Swayambhur warado guruh
            Padmayonis catur waktro
Brahmà sakalam ucyate

(Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma Prajapati, pencipta semua makhluk, maha mulia, yang menjadikan diriNya sendiri, pemberi anugerah mahaguru, lahir dari bunga teratai, memiliki empat wajah dalam satu badan, maha sempurna, penuh rahasia, Hyang Brahma Maha Agung)

Untuk di Pura Pemerajan/Kamimitan (rong tiga), paibon, dadia atau pdharman, mantramnya:

            Om Brahmà Wisnu Iswara dewam
            Tripurusa suddhàtmakam
            Tridewa trimurti lokam
            Sarwa wighna winasanam

(Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma, Wisnu, Iswara, Dewa Tripurusa Maha Suci, Tridewa adalah Trimurti, semogalah hamba terbebas dari segala bencana)

Untuk di Pura Segara atau di tepi pantai, mantramnya:

            Om Nagendra krùra mùrtinam
            Gajendra matsya waktranam
            Baruna dewa masariram
            Sarwa jagat suddhàtmakam

(Ya Tuhan, wujudMu menakutkan sebagai raja para naga, raja gagah yang bermoncong ikan, Engkau adalah Dewa Baruna yang maha suci, meresapi dunia dengan kesucian jiwa, hamba memujaMu)

Untuk di Pura Batur, Ulunsuwi, Ulundanu, mantramnya:

            Om Sridhana dewikà ramyà
            Sarwa rupawati tathà
            Sarwa j?ana maniscaiwa
Sri Sridewi namo’stute

(Ya Tuhan, Engkau hamba puja sebagai Dewi Sri yang maha cantik, dewi dari kekayaan yang memiliki segala keindahan. Ia adalah benih yang maha mengetahui. Ya Tuhan Maha Agung Dewi Sri, hamba memujaMu)

Untuk bersembahyang pada hari Saraswati atau tatkala memuja Hyang Saraswati, mantramnya:

            Om Saraswati namas tubhyam
            Warade kàma rùpini
            Siddharàmbham karisyami
            Siddhir bhawantu me sadà

(Ya Tuhan dalam wujudMu sebagai Dewi Saraswati, pemberi berkah, terwujud dalam bentuk yang sangat didambakan. Semogalah segala kegiatan yang hamba lakukan selalu sukses atas waranugrahaMu)

Untuk bersembahyang di pemujaan para RsiAgung seperti Danghyang Dwijendra, Danghyang Astapaka, Mpu Agnijaya, Mpu Semeru, Mpu Kuturan dan lainnya, gunakan mantram ini:

            Om Dwijendra purvanam siwam
Brahmanam purwatisthanam
Sarwa dewa ma sariram
Surya nisakaram dewam

(Ya Tuhan dalam wujudMu sebagai Siwa, raja dari sekalian pandita, Ia adalah Brahma, berdiri tegak paling depan, Ia yang menyatu dalam semua dewata. Ia yang meliputi dan memenuhi matahari dan bulan, kami memuja Siwa para pandita agung)

Demikianlah beberapa mantram yang dipakai untuk bersembahyang pada tempat-tempat tertentu. Sekali lagi, mantram ini menggantikan “mantram umum” pada saat menyembah kepada Istadewata, yakni sembahyang urutan ketiga pada Panca Sembah.

Terakhir, ini sembahyang ke hadapan Hyang Ganapati (Ganesha), namun dalam kaitan upacara mecaru (rsigana), atau memuja di Sanggah Natah atau Tunggun Karang, jadi tidak ada kaitannya dengan Panca Sembah:

            Om Ganapati rsi putram
            Bhuktyantu weda tarpanam
            Bhuktyantau jagat trilokam
            Suddha purna saririnam

Demikian mantram untuk Istadewata.



Sumber:
Doa Sehari-Hari Menurut Hindu, edisi Millenium Ketiga
Penerbit Pustaka Manikgeni

cyber dharnma indonesia

No comments:

Post a Comment